top of page

A Brief History of Shoegaze

  • Rizqi Prasad
  • Jan 12, 2023
  • 4 min read

ree
Photo: Instagram/BandofNothing

Berbagai genre dan subgenre lahir dalam terciptanya suatu musikalitas yang dihardikan baik dari kelompok atau perorangan entah hadir as a soloist atau sebuah band,dari sekian banyak genre maupun subgenre yang telah lahir ada salah satu subgenre yang mungkin perkembangannya sangat menarik bernama Shoegaze. Yoii… sugez juga brok?


Merupakan suatu subgenre yang dikenal menghadirkan beberapa elemen seperti indie rock dan alternative rock di balut dengan alunan fuzz, reverb, delay dari sebuah efek gitar serta lantunan vokal yang samar-samar terkadang tidak jelas menjadi ciri khas tersendiri bagi subgenre ini.


Muncul sejak tahun ‘80an sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintahan Inggris pada waktu itu, kata “Shoegaze” sendiri tercipta karena seletukan seorang Andy Ross, founder dari sebuah record label asal Inggris ketika sedang menggambarkan band yang mereka naungi lebih suka nunduk sambil mengutak-atik efek di pedalboard daripada berinteraksi dengan penonton yang hadir. Mungkin kesel kali yeee tapi untung nyeletuknya beneran jadi berkah...



ree
"Loveless" album My Bloody Valentine

Band-band seperti Cocteau Twins dan The Jesus And Mary Chain menjadi pelopor bagi subgenre ini, Nah tapi puncaknya ada pada dekade ‘90an. Lewat RIDE yang menghadirkan salah satu album sakral berisa 15 trek berjudul “Nowhere”. Lalu ada band legendaris yang menambah kepopuleran subgenre ini yaitu My Bloody Valentine, dengan lagu-lagu di mahakarya album berjudul “Loveless” yang orang bilang niii musiknya kaya suara vacuum cleaner bray, di tambah suara vokal yang si sangat jelas alias ketiban berisiknya ni album (coba dengerin sendiri dehh). Dan Slowdive dengan “Souvlaki” nya yang menurut kami agak beneran coy, lagunya lebih ringan tidak berat, suara vokal nya beneran ada, beda lah kalo dibanding “Lovelesss” yang suara vokal nya ketiban uniknya efek gitar Kevin Shield. Banyak sebenarnya band-band yang membawa shoegaze menjadi sangat berkembang dan populer sampai sekarang, bahkan album “Mellon Collie And The Infinite Sadness” milik The Smashing Pumpkins yang sangat genius bisa dibilang mempunyai unsur dari subgenre shoegaze di dalamnya.




ree
Nothing (band)

Saat ini shoegaze semakin berkembang, banyak improvisasi dan inovasi yang hadir lewat rilisan yang dibawa oleh band-band keren yang mengusung subgenre ini. Nothing menjadi nama yang sering dibicarakan ketika sedang membahas apapun berkaitan dengan shoegaze, band yang t-shirt nya merepresentasikan standart OOTD warga skena musik kerap menghasilkan sebuah rilisan yang sangat populer di kalangan penikmat musik ataupun yang mendengarkan dan mengikuti band ini. Kecemasan atau isu mental menjadi topik lahirnya karya band asal Philadelphia. Album seperti “Tired Of Tomorrow”, “Dance On The Blacktop” sampai album terbaru berjudul “The Great Dismal” membawa nuansa baru lebih modern tapi namanya shoegaze tetep aja di hajar dengan fuzz kasar, reverb, delay berisik yang tentu saja merupakan ciri dari shogaze ini brokks.



ree
"Sunbather" album Deafheaven

Nah lalu muncul lagi improvisasi dan inovasi keren ketika black metal dicampur dengan shoegaze! Yoiiiii inovasi keren agak nyeleneh ini hadir lewat band bernama Deafheaven. Blackgaze menjadi sebutan baru karena band ini benar-benar mencampuradukan 2 elemen antar genre yaitu Black Metal dan Shoegaze di sebuah album berjudul “Sunbather” yang coverart-nya sangat Blackmetal sekali (hehehe), kehadiran album ini menuai kritik oleh beberapa kalangan khususnya penggemar Black Metal oldskool karena dinilai menyimpang dan jauh dari akar atau roots Black Metal yang gelap, dingin dan kaku. namun nyatanya Sunbather mencuri banyak perhatian orang karena berhasil tampil beda membuat siapa saja yang mendengarkan mungkin meneteskan air mata, media kenamaan seperti Pitchforks juga mendaulatkan album ini sebagai salah satu album terbaik yang pernah hadir, nah di tahun 2021 band ini kembali dengan merilis album yang unik lagi, jika Sunbather mempunyai unsur Blackmetal tetapi album terbaru yang berjudul Infinite granite menurut kami benar-benar menjadi seperti band shoegaze sepenuhnya. yang tadinya teriak scream ala ala Black Metal, di album ini sang vokalis bernyanyi full clean style di seluruh treknya. by the way album ini bisa kalian dengarkan yaw di seluruh platform streaming musyikk,Lanjutttttt..



Di industri musik tanah air pun juga sudah banyak bermunculan band band keren yang menggusung subgenre ini tetapi band seperti The Millo dan Sugarstar lah yang nampanknya menjadi pelopor akan kehadiran shoegaze di indonesia, mereka sangat berjasa mengenalkan subgenre yang membawa corak musik yang sangat berbeda ini ke telinga penikmat musik tanah air lewat rilisan-rilisan yang di hadirkan. nama lain seperti band asal kota Bandung Heals pun ikut andil dalam berkembangnya subgenre ini dengan di rilisnya album berjudul Spectrum. distorsi berlapis, vokal mengawang yang termasuk ciri dari shoegaze di sajikan lewat lagu-lagu yang terdapat pada album yang dirilis di tahun 2017. penampilan di salah satu event musik besar di Singapura yaitu Laneway Festival membuktikan adanya sebuah eksistensi keberadaan subgenre shoegaze di Indonesia, yang akhir-akhir ini pun semakin ramai dengan hadirnya salah satu band asal Surabaya bernama Enola. trio Suwhirrr (Shoegaze jaWhirr) ini menyajikan shoegaze lebih dark dan suasana kelam penuh depresi yang hadir lewat rilisan nya seperti di mini album mereka berjudul “Does Anyone Else” pokoknya Shoegaze ruined my life, How’ bout you? lah, lalu ada juga Sunlotus yang memainkan shoegaze lebih berat,kompleks dan eksperimental menghasilkan debut album berjudul “This Old House”. Di rilisan terbaru, band asal blora ini mengajak warga shoegaze dari Bali yang juga membawa inovasi dan racikan tersendiri bagi subgenre shoegaze dengan memasukan unsur emo di dalamnya sadiezzz,,,, yaps apalagi kalau bukan Milledenials. bersama Sunlotus mereka merilis sebuah split EP berjudul “Split Feeling” yang relate pisan dengan Feeling hati kecilmu cuyy!! dengerin juga ye pokonya. Masih banyak nama-nama lain yang ikut dalam berkembang nya subgenre ini di tanah air dan berharap terus lahir generasi baru membawa dan menghadirkan berbagai macam improvisasi dalam subgenre shoegaze kedepannya.


ree
"Split Feelings." split ep Milledenials & Sunlotus

Akhir tulisan kami sangat berterima kasih telah hadirnya subgenre ini di kehidupan maupun permusikan, walau kadang didenger ga jelas dan bikin budeg tetapi ini semua benar-benar membawa pola pandang baru akan keberagaman dari sebuah musikalitas.



 
 
 

Comments


Contact:

Email: berniagaria.media@gmail.com
Instagram:
@berniagaria
Spotify:
Berniagaria

BERNIAGARIA

Music News • Reviews • Interviews • Mixtapes

©2022 by Berniagaria.

bottom of page